Sifat-Sifat Koloid serta Cara Pembuatannya | Materi Kimia Kelas 11
Sifat-Sifat Koloid serta Cara Pembuatannya | Materi Kimia Kelas 11

Sifat-Sifat Koloid serta Cara Pembuatannya | Materi Kimia Kelas 11

Posted on

TombolEnter.com – Gaes, pernah kepikiran tidak, mengapa ya saat kita buka jendela pada pagi hari, dan sinar matahari masuk, kelihatan sangat banyak debu yang beterbangan? Walau sebenarnya, saat sebelum jendela dibuka, tidak ada debu yang kelihatan, tuh. Hmmm, kok bisa, ya?

Nach, rupanya, itu ialah peristiwa karakter dari koloid yang disebutkan Efek tyndall. Wah, memang apa sich koloid itu dan bagaimana karakter-sifatnya? Oke, beberapa pertanyaan itu akan kita jawab satu demi satu di artikel ini, ya!

Masih ingatkah kamu mengenai koloid? Koloid ialah tipe kombinasi heterogen yang tercipta karena ada dispersi satu zat ke zat yang lain digabungkan. Biasanya, koloid memiliki ukuran 1 nm sampai 100 nm. Walau koloid terhitung tipe kombinasi, tetapi koloid ini berlainan dengan larutan dan suspensi, ya. Karena itu, koloid punya karakter ciri khas yang lain dari karakter mekanisme-sistem dispersi lainnya. Yok, kita ulas satu demi satu!

BACA JUGA : Pembahasan Soal: Amoeba berkembang biak dengan cara…

Macam-Macam Karakter Koloid

Macam-Macam Karakter Koloid
Macam-Macam Karakter Koloid

1. Efek Tyndall

Karakter koloid yang pertama ialah Efek Tyndall. Efek Tyndall pertama kalinya diketemukan dengan seorang periset asal Inggris namanya John Tyndall. Efek Tyndall sebagai Efek penghamburan sinar oleh partikel koloid. Hmm, tujuannya bagaimana? Ini gaes, saat ada arsip sinar ditujukan ke larutan, sinar itu akan dilanjutkan, hingga kita tidak dapat menyaksikannya. Ini karena larutan memiliki sifat homogen. Tetapi, saat arsip sinar ditujukan ke koloid dan suspensi, arsip sinar akan dihamburkan, hingga tapak jejaknya bisa kelihatan. Misalnya seperti gambar di bawah ini.

Contoh Efek Tyndall di kehidupan setiap hari, yakni saat kita buka jendela di siang hari. Saat cahaya matahari masuk ke ruang, maka kelihatan terang sejumlah partikel debu yang beterbangan. Hal Ini karena ukuran partikel debu  lebih besar dibanding panjang gelombang sinar.

2. Gerak Brown

Pada 1827, seorang botanis asal Skotlandia, Robert Brown, sukses memperhatikan pergerakan partikel koloid. Dia mendapati, rupanya secara mikroskopis, sejumlah partikel koloid akan bergerak secara random dengan lajur patah-patah (zig-zag) dalam media pendispersi. Nach, pergerakan ini dikarenakan oleh ada tumbukan di antara partikel koloid dengan media pendispersi.

3. Adsorpsi

Adsorpsi sebagai kejadian melekatnya partikel memiliki muatan (ion) pada permukaan koloid. Adsorpsi muncul karena ada kekuatan partikel koloid untuk menarik atau ditempeli oleh sejumlah partikel kecil. Kekuatan untuk menarik ini dikarenakan oleh ada tegangan permukaan koloid yang cukup tinggi.

Misalkan, koloid sol besi (III) hidroksida (Fe(OH)3) yang hendak memiliki muatan positif karena mengadsorpsi ion positif. Sol ini dibikin dengan menambahkan FeCl3 ke air panas berlebihan, hingga terjadi proses pembentukkan koloid berbentuk sol hidrat besi (III) oksida atau Fe2O3.xH2O.

FeCl3 + xH2O → Fe2O3.xH2O

Saat sol Fe(OH)3 tercipta, rupanya sisa banyak ion Fe3+ dalam larutan. Ion-ion ini selanjutnya diserap oleh sol Fe(OH)3 di bagian permukaan atasnya, yang membuat sol Fe(OH)3 kelebihan muatan positif. Maka sol Fe(OH)3 dikenali sebagai koloid memiliki muatan positif.

Berbeda kembali dengan sol As2S3. Bila ditempatkan di di air, karena itu sol As2S3 akan memiliki muatan negatif karena ion yang diadsorpsinya ialah ion yang negatif. Sol As2S3 dibikin dengan menyalurkan H2S ke larutan As2S3. Wujud reaksinya semacam ini, guys.

As2S3(aq)+ H2S(g) → As2S3(s) +H2S(l)

Sol As2S3 yang tercipta di air ini rupanya mengadsorbsi ion-ion sulfida (S2-) yang membuat sol As2S3 jadi memiliki muatan negatif.

4. Koagulasi

Koagulasi ialah proses rusaknya mekanisme koloid yang diikuti dengan proses aglutinasi karena terciptanya sejumlah partikel yang semakin besar ukuran dibanding ukuran koloid (semakin besar dari 100 nm). Koagulasi bisa dikuasai oleh pemanasan, pendinginan, tambahan elektrolit, pembusukan, pencampuran koloid yang lain elektroforesis, dan muatan. Contoh koagulasi koloid di kehidupan setiap hari, yakni pada aglutinasi susu yang telur dan basi yang direbus sampai menggumpal atau mengeras sisi putih dan kuningnya.

Oke, gaes, itu tadi beberapa karakter koloid yang dapat kamu kenali, ya. Sebetulnya, karakter-sifat ciri khas koloid tidak hanya yang sudah diterangkan di atas saja, ya. Tetapi, masih tetap ada elektroforesis, koloid perlindungan, dialisis, koloid liofob, dan liofil.

BACA JUGA : Teori Asam Basa Menurut Para Ahli Lengkap Beserta Contohnya

Langkah Pembuatan Koloid

Langkah Pembuatan Koloid

Pembikinan koloid dapat dilaksanakan dengan 2 langkah, yakni dispersi dan kondensasi. Agar lebih memahami, yok, langsung kita baca penuturannya!

1. Pembikinan koloid dengan kondensasi

Pada langkah ini, pembikinan dilaksanakan dengan menyatukan partikel kecil atau partikel larutan dengan partikel yang lebih besar. Secara simpel, pembikinan ini menyatukan koloid yang telah ada dengan partikel kecil yang lainnya. Penyatuan ini dapat dilaksanakan lewat tiga langkah, yakni reaksi redoks, hidrolisis, dan dekomposisi.

Reaksi redoks, sebagai reaksi yang diikuti karena ada peralihan bilangan oksidasi. Misalnya, pada pembikinan sol belerang dengan menyalurkan gas H2S ke larutan SO2.

2H2S(g)+ SO2(aq) → 3S (koloid) +2H2O(I)

Dekomposisi, sebagai reaksi penguraian satu zat jadi zat yang lebih sederhana. Misalnya, pada pembikinan sol As2S3 dengan menyalurkan gas asam sulfida ke larutan arsenit.

As2O3(aq) + 3H2S(g) → As2S3(s) + 3H2O(l)

Hidrolisis, sebagai reaksi satu senyawa dengan molekul air untuk hasilkan sol logam. Misalnya, pada pembikinan sol Fe(OH)3 dengan menambahkan larutan jemu FeCl3 ke air mendidih, dan diaduk-aduk sampai larutan warna merah kecoklatan.

FeCl3(aq) + 3H2O(I) → Fe(OH)3(koloid) + 3HCl(aq)

2. Pembikinan koloid dengan dispersi

Cara membuat ini kebalik dengan kondensasi, langkah dispersi ialah pecahkan partikel yang besar atau suspensi jadi partikel koloid atau kecil. Untuk lakukan perpecahan ini dapat dilaksanakan dengan 3 langkah, yakni peptisasi, busur teknisi, dan bredig.

Peptisasi: Pada langkah ini, sejumlah partikel besar diperpecah dengan kontribusi zat pemeptisasi (pemecah). Contoh: pengendapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3; pengendapan NiS oleh H2S; dan agar-agar dipeptisasi oleh air.

Busur Bredig: Langkah ini dipakai untuk membikin sol-sol logam, seperti Ag, Au, dan Pt. Triknya, arus listrik bertegangan tinggi disalurkan lewat 2 buah elektrode logam (bahan terdispersi). Selanjutnya, ke-2  elektrode itu di celupkan ke air, sampai ke-2  ujung elektrode nyaris bersinggungan, supaya terjadi loncatan bunga api.

Teknisi: Pada langkah ini, beberapa butiran kasar digerus atau digiling dengan penggiling koloid, sampai tingkat kelembutan tertentu. Lalu, diaduk-aduk dalam media pendispersi. Contoh: sol belerang bisa dibikin dengan menggerus serbuk belerang bersama dengan gula pasir, selanjutnya serbuk yang telah lembut itu digabung dengan air.

Oke gaes, berikut ulasan mengenai karakter dan cara membuat koloid yang dapat kami informasikan. Materi koloid benar-benar sangat asyik buat dipelajari, karena materi ini lebih banyak ditemukan dalam kehidupan kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *